Agustus 12, 2008

Hutan Untuk Penopang Kehidupan dan Pengambangan Sektor Lain Bisa

Deputi Meneg BUMN Dr Agus Pakpahan bersama Bupati Jember jadi nara sumber Dialog Nasional di Aula FE Unej

Sisa hutan di Pulau Jawa hanya tinggal sekitar 18 persen dan idealnya 30 persennya. Untuk mencapai idealnya agar hutan kembali pada fungsinya perlu langkah penghijauan setiap tahun 2 juta hektar sehingga dalam waktu 5 tahun fungsi hutan di Jawa akan kembali membaik.
Peruntukan hutan sebagai penopang kehidupan dimaksud Deputi Meneg BUMN agar di Pulau Jawa tidak terjadi lagi devisit air dan berpengaruh pada sektor lain. “Sehingga perlu semua element masyarakat tidak terkecuali untuk melakukan penghijauan lewat pengembangan hutan rakyat,”ungkap Dr Ir Agus Pakpahan diungkap saat dialog nasional dalam rangka BBJ 2008 di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Jember kemarin malam.
Devisit air menurut Pakpahan nantinya akan berpengaruh pada sektor pertanian, kehutanan dan agrobis yang sekarang menjadi tumpuan dan andalan masyarakat. “Sektor itu masih relefan dan menjadi tumpuan sehingga perlu memepertahankan tata air bagi petani kita,”jelasnya.
Sebaliknya langkah Perhutani untuk menghijaukan hutan kembali dari informasi data yang ada, hutan yang telah dihijaukan telah mencapai ribuan hektar. “ Pada tahun 2007 ada sekitar 240 ribu hektar telah dilakukan langkah penghijauan,”tandasnya.
Untuk perlu langkah bersama dalam menghijaukan hutan kembali bersama rakyat lewat pengembangan hutan rakyat sebagai lapangan pekerjaan. “Tidak perlu lagi rakyat kita tumpuan hidupnya di hutan karena dimungkinkan sektor lain ditingkatkan,”pungkasnya.
Kalau dulu Jawa lebih dikenal dengan Jawa Dwipa, semestinya di sektor pertanian banyak yang bisa dikembangkan lagi menjadi sumber tambahan kehidupan baru dan sekaligus untuk menambah ekonomi petani kita.
“Petani kita yang masih staknan pada fokus mengolah sawah sampai dengan memanen saja, tapi masih belum berpikir lagi untuk mengolah sekam, bekatul menjadi nilai tambah,”jelasnya.
Padahal dari sektor pertanian inilah dapat menghasilkan ribuan dollar seperti sekam, bekatul, jerami bisa bermanfaat lebih dan mempunyai manfaat banyak serta menjanjikan. “Bisa dibayangkan dari 1 ton gabah saja dapat menghasilkan sekam 122 kg dan itu jika digunakan sebagai sumber energi dari berat itu akanmenghasilkan 150 kw/jam, bisa dibayangkan berapa mega watt yang akan dihasilkan jika menggunakan metode itu,”terangnya.
Sekarang sedang dikembangkan rice miling sebagai pembangkit tenaga listrik yang bahan dasar dari pertanian seperti sekam. “Belum lagi sekam yang telah dibakar dapat didaur ulang untuk pencampur batu bata yang berguna untuk tahan api,”tambahnya.
Dari upaya itu diharapkan petani dapat meningkatkan upaya itu dapat meningkat kesejahteraannya baik sandan, papan dan pangan. “Akan kita coba untuk pilot proyeknya dan saya yakin masing-masing BUMN bisa menyisihkan 400 milyar, Insyallah rice miling bisa terwujud,”harapnya.
Sementara itu pelaksana tugas Dirut Perhutani sebagai nara sumber Deputi Meneg BUMN mengungkapkan langkah penghijauan yangsedangdilakukan sekarang tidak saja untuk kepentingan ekosistem saja. “Lebih dari itu ada desakan untuk kebutuhan ekonomi masyarakat sehingga perlu ada pemetaan jasa lingkungan dengan pendekatan kultur sambil dan pengalihan skill kepada ,asyrakat.”terang Dr Ir Upik Rosalina Wasirin. (*/jok)

Tidak ada komentar:

Designer: Douglas Bowman | Dimodifikasi oleh AdiGuna Original Posting Rounders 3 Column